Kita tak kekurangan regulasi. Kita punya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Kita punya target “Indonesia Bebas Sampah 2029.” Kita punya kementerian, dinas, dan program-program nasional. Tapi sampah masih menumpuk, TPA penuh, masyarakat bingung, dan solusi hanya menjadi wacana tahunan.

Satu pertanyaan muncul: kalau pemerintah bergerak cepat, kenapa justru rakyat yang harus menciptakan solusi?

Jawabannya menyakitkan: karena pemerintah terlambat. Dan di ruang kosong itulah, Satu Rasa lahir.


Bukan Hanya Telat, Tapi Terjebak dalam Pola Lama

Selama bertahun-tahun, pendekatan pemerintah pada sampah hanya berputar-putar:

  • Fokus pada infrastruktur mahal: TPA, landfill, incinerator skala besar.
  • Proyek hanya jalan jika ada anggaran pusat.
  • Edukasi minim, budaya memilah tak pernah tumbuh.

Sementara itu, 70 juta ton sampah muncul setiap tahun. Dan siapa yang paling terdampak? Rakyat kecil.


Satu Rasa Tidak Menunggu Anggaran. Kami Bergerak.

Satu Rasa tidak didesain oleh birokrasi.
Ia lahir dari kekecewaan warga, ketegasan komunitas, dan kegelisahan anak muda yang bosan melihat daerahnya tenggelam dalam sampah.

Kami tidak menunggu SK.
Kami tidak menunggu APBN.
Kami tidak menunggu keputusan menteri.

Kami mulai dari kampung. Dari musholla. Dari warung.

Kami tidak bicara “sampah nasional”—kami bicara “sampah depan rumah.”


Dan Ternyata, Solusi Itu Lebih Efektif dari Sistem Negara

Di mana Satu Rasa hadir:

  • Warga memilah tanpa disuruh.
  • Sampah tidak perlu diangkut ke TPA.
  • Kompos, maggot, daur ulang, dan insinerator lokal membuat residu mendekati nol.
  • Biaya pengelolaan turun drastis.
  • Ekonomi sirkular tumbuh dari bawah.

Semua terjadi tanpa perlu menunggu proyek APBD.


Jika Pemerintah Cepat, Mungkin Kami Tidak Perlu Ada

Tajam tapi nyata: Satu Rasa tidak lahir karena semuanya berjalan baik.
Satu Rasa ada karena pemerintah lambat merespons krisis.

Terlalu banyak narasi. Terlalu sedikit aksi.
Terlalu banyak studi banding. Terlalu sedikit TPST yang benar-benar hidup.


Sekarang, Pemerintah yang Perlu Belajar dari Rakyat

Hari ini, Satu Rasa:

  • Sudah masuk ke lebih dari 10 kabupaten/kota.
  • Menjadi mitra strategis komunitas, pesantren, bahkan institusi pemerintahan.
  • Diundang ke forum-forum nasional untuk presentasi model desentralisasi sampah.

Dulu kami diabaikan. Sekarang kami diminta berbagi.
Dan kami akan terus bergerak—dengan atau tanpa negara.


Penutup: Ini Bukan Kebencian. Ini Dorongan untuk Bangkit.

Kami bukan anti-pemerintah.
Kami justru ingin jadi mitra strategis pemerintah—yang tidak hanya berbicara, tapi sudah terbukti bisa bekerja.

Satu Rasa adalah bukti bahwa ketika negara telat, rakyat bisa lebih cepat.

Tapi bayangkan kalau negara dan rakyat berjalan bersamaan.
Maka Indonesia bukan hanya bebas sampah.
Indonesia jadi pemimpin dunia dalam gerakan zero waste.


Mau mulai dari desamu?
💡 Kunjungi: https://saturasa.cr-enviro.com/kalkulator-ekonomi-sirkuler
📞 Hubungi kami dan mulai gerakanmu hari ini.

 Save as PDF