Pengelolaan sampah residu di Indonesia kini memasuki fase genting. Target nasional "100% Sampah Terkelola 2029" menuntut teknologi yang tidak hanya efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga sesuai dengan daya dukung fiskal dan SDM daerah. Salah satu pendekatan strategis yang kian dibutuhkan adalah teknologi thermal untuk memusnahkan sampah residu secara tuntas.
Dari beragam opsi yang ada, hasil kajian menunjukkan bahwa insinerator tanpa BBM dan pirolisis merupakan dua teknologi yang paling tepat guna untuk kondisi Indonesia saat ini. Artikel ini menyajikan panduan lengkap untuk memilih teknologi thermal, termasuk data CAPEX & OPEX serta evaluasi kelayakan finansial.
Perbandingan Teknologi Thermal
Teknologi | Prinsip Kerja | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|---|
Insinerator Tanpa BBM | Pembakaran langsung, self-burning, tidak perlu bahan bakar tambahan | Sederhana, biaya rendah, cocok untuk sampah lembap campuran | Butuh kontrol emisi |
Pirolisis | Pemanasan tanpa oksigen menghasilkan minyak/gas pirolitik | Hasilkan energi, cocok untuk plastik & karet, lebih ramah emisi | Biaya tinggi, perlu bahan homogen |
Gasifikasi | Pemanasan dengan oksigen terbatas menghasilkan syngas | Bisa hasilkan listrik dari syngas | Tidak cocok untuk sampah organik basah, operasional kompleks |
Plasma Arc | Ionisasi suhu tinggi (>2.000°C) dengan gas plasma | Musnahkan limbah B3, minim abu, ramah lingkungan | CAPEX & OPEX sangat mahal, listrik besar, belum feasible untuk kabupaten |
Nilai Investasi (CAPEX) & Operasional (OPEX)
Berikut estimasi biaya untuk kapasitas ±20–50 ton/hari:
Teknologi | CAPEX (Rp) | OPEX per Tahun (Rp) |
---|---|---|
Insinerator BBM | ±2-3 Miliar | ±836 Juta |
Insinerator Non-BBM | ±1,5 Miliar | ±350–500 Juta (tanpa BBM) |
Pirolisis | ±4,4 Miliar | ±4,8 Miliar |
Plasma Arc (Antana) | ±6–8 Miliar | ±370 Juta (209 + 163 juta) |
Rekomendasi Teknologi untuk Indonesia
1. Insinerator Tanpa BBM
Cocok untuk skala kota & kabupaten. Bisa diproduksi lokal. Tidak butuh bahan bakar eksternal, cocok untuk residu campuran.
→ Rekomendasi utama untuk 20–30 ton/hari di TPST
2. Pirolisis
Cocok untuk residu plastik, industri besar, atau RDF. Biaya tinggi, tapi IRR juga tinggi.
→ Rekomendasi untuk kota besar & industri namun bisa diaplikasikan juga di TPST
3. Plasma Arc
Solusi terbaik untuk limbah B3 atau pulau terpencil dengan kondisi darurat. Investasi tinggi, tetapi efisiensi energi dan ruang sangat baik.
→ Rekomendasi terbatas (TPST strategis, pulau kecil, industri B3)
4. Gasifikasi
Kurang cocok untuk sampah Indonesia yang lembap dan heterogen.
→ Tidak direkomendasikan saat ini
Kesimpulan: Strategi "Tepat Guna, Tepat Teknologi"
Memilih teknologi thermal tidak bisa hanya berdasarkan canggih atau tidaknya, tetapi harus mempertimbangkan:
- Kesesuaian karakter sampah lokal
- Kemampuan keuangan daerah
- SDM operasional
- Skema tipping fee dan IRR yang masuk akal
Satu Rasa mendorong adopsi insinerator tanpa BBM dan pirolisis sebagai dua solusi utama untuk mempercepat pemusnahan sampah residu di Indonesia, tanpa ketergantungan bahan bakar, tanpa ekspor teknologi mahal, dan dengan dampak lingkungan yang terkendali.
Pelajari selengkapnya disini: